Jumat, 13 April 2012

House and Home ?


House and home are two words that usually used to show a place where we live with our family. But did you know, actually both of them have different contextual meaning?

Based on Oxford Advanced Learner’s Dictionary, House is building for people to live in, usually for a small family. Based on that definition, we can see that house is a real building where a family live with its properties. Thus, when we are talking about house means we are only talking about the physically condition of it, whether it made of wood, wall, and so on and do not talk the way of family’s living.

Home is used to refer to a family living together and the way it behaves. Means that we are talking about how a family live in a house, are they happy, are they sad, are they harmony or not. It defines the atmosphere of a family living in a house. It of course has a very different meaning.

A great and luxurious house doesn’t mean has a good quality of home. Sometimes we think that we will be more comfortable if we live in a great house, actually it’s not. It will be profitless if the family who lives in that house doesn’t love each other and don’t taking care each other. On the other side, a small house with no good properties on it, it can be a nice home if the way of family living is full of love and taking care each other. For examples, parent teaches the daughter to be discipline, get dinner together, sharing about anything related to the daughter’s development, so the growth of daughter is controlled.
In brief, house is a place or building where the family gathers to safe from hot and rain. Meanwhile, home is the atmosphere that felt in the house, whether full of love or not. However, house is a very important place because the family member, especially children, will made up the character from their environment, and house is the first environment that they seen.

Lirik Lagu Ibu – Fadly feat Cantiq (OST. Hafalan Shalat Delisa)


Lembut kukenang, kasihmu ibu
Di dalam hati ku kini menanggung rindu
Kau tabur kasih seumur masa
Bergetar syahdu, ooh di dalam nadiku

Sembilan bulan ku dalam rahimmu
Bersusah payah, oh ibu jaga diriku
Sakit dan lelah tak kau hiraukan
Demi diriku, oh ibu buah hatimu

Tiada ku mampu, membalas jasamu
Hanyalah do'a oh di setiap waktu
Oh ibu tak henti kuharapkan do'amu
Mengalir di setiap nafasku


Ibuuuuu..
Lembut kukenang, kasihmu ibu
Di dalam hati ku kini menanggung rindu
Engkau tabur kasih seumur masa
Bergetar syahdu oh di dalam nadiku

Indah bercanda denganmu ibu
Di dalam hati ku kini slalu merindu
Sakit dan lelah tak kau hiraukan
Demi diriku, oh ibu buah hatimu

Tiada ku mampu, membalas jasamu
Hanyalah doa oh di setiap waktu
Oh ibu tak henti kuharapkan doamu
Mengalir di setiap nafasku
Ibuuuuuuuuuu........

“Allahummaghfirlii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”

Kamis, 12 April 2012

Unsur Instrinsik Novel


Unsur – unsur intrinsik adalah beberapa unsur-unsur terpenting yang seharusnya ada dalam sebuah novel. Unsur-unsur intrinsik dalam sebuah novel dapat berupa, yaitu tema cerita dalam novel; dialog atau percakapan antar tokoh; dan setting atau latar seperti waktu, keadaan, tempat cerita dalam novel.
1.     Tema
          Menurut pendapat Saad (1967:185), tema adalah persoalan pokok yang menjadi pikiran pengarang, di dalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang.Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita yang paling banyak menimbulkan konflik.
2.     Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
3.     Plot
Menurut Stanton (1965:14) plot adalah cerita yang berisi    urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Peristiwa-peristiwa cerita dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama)cerita.             
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut:
·        Bagian awal, terdiri atas: paparan (exposition), rangsangan (inciting moment), dan gawatan (rising action).


·        Bagian tengah, terdiri atas: tikaian (conflict), rumitan (complication), dan klimaks.
·        Bagian akhir, terdiri atas: leraian (falling action), dan  selesaian (denouement).
4.     Latar (setting)
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:
a.     Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang  
diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
b.     Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c.      Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.

5.     Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:
a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.


b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
6.     Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah sebuah teknik yang dimunculkan pengarang dalam sebuah cerita untuk mengemas cerita menjadi indah dan pembaca tertarik untuk membacanya.
Gaya bahasa merupakan ungkapan yang khas yang ingin disampaikan oleh pengarang agar ceritanya lebih menarik.Gaya bahasa pengarang yang satu dengan yang lain akan berbeda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,antara lain:selera pribadi pengarang,pengetahuan,kebudayaan,latar belakang pengarang








Minggu, 08 April 2012

Selamat Datang di Blog Saya

Selamat datang di Blog saya, Riska Rohmawati. Silahkan membaca tulisan saya. Saya terima segala kritik dan saran yang anda berikan. Terimakasih.